“Anak” apa yang terngiang ketika di sebutkan kata tersebut? Buah hati yang sangat dicintai oleh orang tua nya. Terlebih ia sudah di nantikan dalam fase yang lama. Lucu, menggemaskan, yang timbul dari wajah polos dan perilakunya membuat kita tersenyum hingga tertawa dari apa yang ia lakukan. Sebagaimana yang tertera di dalam Al-Qur’an Surah Al Kahf ayat 46, yang artinya “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia”. Dari penggalan ayat tersebut membuktikan bahwa anak adalah harta yang dimilki orang tua. Apapun yang terjadi pada anak, orang tua akan mengerahkan segalanya.
“Jadi anak pintar ya nak”, “kamu harus belajar dengan giat ya, jangan buat mama malu”. Beberapa kalimat tersebut terngiang untuk beberapa anak sebagai sebuah tekanan. Walaupun untuk orang tua tidak menjadi sebuah masalah untuk merogoh kocek yang menjadikan dompetmya menjadi tipis. Memilih sekolah yang favorit, terbaik, hingga sampai anak diterima dengan seleksi yang mudah. Biasanya hal ini lebih di prioritaskan pada penyeleksian kemampuan membaca, menulis dan berhitung (calistung) pada anak, daripada yang belum mempunyai kemampuan tersebut. Padahal di Indonesia telah di tetapkan peraturan pemerintah No 17 tahun 2010 tentang pengelolaaan dan penyelenggaraan pendidikan disebutkan dalam pasal 67 ayat 5 bahwa penerimaan siswa baru SD kelas 1 atau yang sederajat tidak didasarkan pada hasil tes kemampuan calistung atau bentuk lisan lain.
Tapi mengapa buku pelajaran SD baik kurikulum lama (2006) dan kurikulum baru (2013) masih sarat dengan bacaan dibandingkan dengan gambarnya? Bagaimana mungkin tidak diperbolehkan untuk calistung tetapi dipaksa dengan saran yang ada (buku)?. Dalam teori psikologi perkembangan kognitif dari Jean Piaget, Anak usia 2 sampai 7 tahun masuk ke tahap Pra-Operasional. Pada tahap ini anak sudah mengenal simbol, penggunaan bahasa sudah lebih cepat berkembang. Maka dari sini dapat disimpulkan seharusnya untuk anak SD di Indonesia harus memilki waktu untuk berkreativitas untuk mengembangkan skillnya lebih banyak daripada calistung.
Maka tertanam akan suatu petuah bahwa anak yang kesulitan dalam calistung maka ia kerap dianggap malas dan bodoh oleh teman-temannya. John Lennon yang merupakan penyanyi dan penulis lagu legendaris yang hingga saat ini menjadi inspirasi bagi musisi seluruh dunia. Pendiri dan pentolan The Beatles ini juga membawa pengaruh pada banyak generasi pecinta musik dan perdamain. Tapi siapa sangka bahwa ia sulit mengingat lirik yang sangat dicintainya. Saat di sekolah secara keseluruhan ia memilki nilai yang rendah karena kesulitan dalam mengeja, bahkan ia dicap sebagai pembuat onar karena mengalami kesulitan berkonsentrasu dan beralih untuk menulis musik. Ternyata ia menderita disleksia, suatu gangguan proses belajar, di mana seseorang mengalami kesulitan, membaca, menulis, atau mengeja. Menurut asosiasi disleksia Indonesia, 10 hingga 15 persen anak sekolah di seluruh dunia menyandang disleksia. Dari 50 juta anak sekolah di Indonesia, 5 juta diantaranya mengidap gangguan itu.
Dikutip dari suatu film Bollywood yang pernah saya tonton, film itu berjudul “Taare Zameen Par” atau “Like Stars On Earth” yang dibintangi oleh Aamir Khan sebagai guru seni di sebuah sekolah dasar. Ishaan seorang anak yang berumur sekitar 8 tahun duduk di sekolah dasar, ia mempunyai kakak yang berbeda dengannya. Kakaknya yang selalu mendapat juara kelas, sedangkan ishaan yang suka asik dengan dunianya sendiri membuat ayahnya suka memarahinya. Ishan tidak mempunyai teman di sekolahnya. Ia menyukai binatang, karena itu setiap ia ditanyakan soal matematika atau disuruh membca oleh gurunya ia akan berkhayal seolah olah semua huruf dan angka tersebut berterbangan dan akan membentuk binatang yang saling berinteraksi.
Setiap pulang sekolah ia suka menyendiri di kamarnya untuk melakukan kegiatan yang ia suka yaitu melukis. Ia menyukai kegiatan melukis, hingga ia menyukai mata pelajaran seni yang menurut teman-temannya guru seni itu membosankan hingga suatu hari guru itu digantikan oleh guru yang lebih menyenangkan (Aamir Khan), namun hal itu tidak untuk Ishaan, ia tertunduk diam diantara teman-temannya yang bersorak-sorai. Dari situ Aamir Khan mencari tau apa penyebab Ishaan menjadi anak yang berbeda dari teman-temannya.
Aamir Khan menemukan keanehan pada tulisan Ishaan, yang besar tidak rapi ada tulisan yang tidak lengkap kalimatnya jadi susunannya berantakan, ada huruf dan angka yang terbalik penulisannya. Akhirnya Aamir Khan memutuskan untuk pergi ke rumah Ishaan, di dalam kamar Ishaan dia menemukan lukisan yang sangat bagus dan terstruktur untuk anak seuisia dia. Dari itu Aamir Khan menjelaskan pada orang tuanya bahwa Ishaan menderita disleksia. Ternyata dari tokoh yang diperankan oleh Aamir khan, adik dari tokoh ini juga pernah menderita hal yang serupa dan itu membuat nya tergugah untuk membantu Ishaan sebagai gurunya.
Dari kutipan cerita ini, secara spesifik apa sebenarnya yang dimaksud dengan disleksia itu?
Disleksia berasal dari bahasa Yunani yaitu dys-“kesulitan untuk” dan lexis-“huruf” atau “leksikal”. Jadi sebuah kondisi ketidakmampuan belajar pada seseorang yang disebabkan oleh kesulitan pada orang tersebut dalam melakukan aktivitas membaca dan menulis. Kejadian ini bisa dideteksi jika anak memasuki bangku sekilah. Disleksia disebabkan gangguan di dalam sesten saraf pusat otak (gangguan neurobiologis) yang dapat menimbulkanganggun perkembangan seperti gangguan perkembangan bicara, membaca, menulis, pemahaman dan berhitung.
Adapun ciri-ciri yang dapat diketahui saat usia sekolah dasar adalah 1) kesulitan dalam mengurutkan huruf-huruf dalam kata; 2) kesulitan merangkai huruf-huruf dan kadang ada huruf yang hilang; 3) sulit membedakan huruf, anak bingung menghadapi huruf yang mempunyai kemiripan bentuk seperti b-d, u-n, m-n, t-p, s-r; 4) sulit mengeja kata atau suku kata dengan benar; 5) sering terbalik dalam menuliskan atau mengucapkan kata. Misalnya ‘oke’ menjadi ‘eko’. Dan 6) terdapat jarak pada huruf-huruf dalam rangkaian kata. Tulisannya tidak stabil, kadang naik, kadang turun, tulisan besar, kecil dan tidak rapi.
Lalu bagaimana melatih anak yang menderita disleksia? Anak yang menderita disleksia membutuhkan kasih sayang yang khusus dan lebih dari orang tuanya. Orang tua harus lebih peka apa yang dialami anaknya. Anak yang menderita disleksia ini tidak dapat diberi tekanan dan dibandingkan oleh orang lain. Ia harus diajarkan pembelajaran dengan penuh kesabaran. Seperti yang dilakukan tokoh yang diperankan oleh Aamir Khan di film “Like Stars On Earth”. Ia menyajikan pembelajaran dengan pola permainan. Ia melukiskan huruf maupun angka melalui lukisan, yaitu kegiatan yang disukai oleh Ishaan.
Setiap anak mempunyai kecerdasan dan bakat yang berbeda-beda. tidak ada yang salah dari sebuah proses perkembangannya, hanya saja kita yang berada disekiling nya kurang peka akan kemampuan dan skillnya. Menjadi peka untuk membantu dalam membangun apa yang dibutuhkan masa depan seseorang akan menjadi hal yang tidak terlupakan. Mari lebih peka dalam menemukan bakat dalam perbedaan aku, kamu dan mereka.
