Apa Aku Termasuk _ Gangguan Mood

Rasa, perasaan tidak terlepas dari setiap diri seseorang. Tidak dipungkiri, masa remaja akhir atau memasuki masa dewasa ataupun pendewasan ini selalu dihadirkan dengan banyaknya problem-problem kehidupan. Seperti sayur kurang garam, bak ujian tanpa jawaban, jika tidak adanya problem ini. Dari yang paling booming di masanya yaitu kisah percintaan, berlanjut ke masa pendidikannya, lalu keluarga, setelahnya lingkungan sosial. Tidak mengenal laki-laki maupun perempuan, perasaan atau yang sering disebut dengan Mood ini pasti adanya di setiap jiwa seseorang. Ke-identikannya masih kental dengan sifat perempuan, mahluk astral yang rata-rata lebih tinggi soal perasaan daripada logikanya. Mengapa?

Perasaan (simtom-simtom) + problema = gangguan perasaan. Begitu menurut saya singkatnya menjelaskan apa itu gangguan mood. Namun, secara umum gangguan mood adalah yang mencakup berbagai gangguan emosi yang membuat seseorang tidak berfungsi – mulai dari kesedihan pada depresi dan hingga euforia yang tidak realistis iritabilitas pada mania.  Adapun kriteria dari depresi dalam DSM-IV-TR yaitu (1) mood sedih dan tertekan, hampir setiap hari selama dua minggu atau kehilangan minat dan kesenangan dalam aktivitas yang biasa dilakukan, ditambah sekurang-kurangnya empat gejala. (2) sulit tidur (insomnia). (3) perubahan kadar aktivitas, menjadi lemas (retradasi psikomotorik) atau terlalu bersemangat. (4) nafsu makan sangat berkurang dan berat badan turun atau sebaliknya. (5) kehilangan energi (fatik). (5) konsep diri negatif, menuding dan menyalahkan diri sendiri, merasa tidak berarti dan bersalah. (6) mengeluh sulit berkonsenstrasi atau terlihat sulit berkonsentrasi. Dan (7) pikiran tentang kematian atau bunuh diri yang terus menerus timbul.

 Perubahan dari masa ke masa membuat tata bahasa di Indonesia semakin beragam. Kata serapan seolah menjadi kata baku yang beredar di telinga dan ucapan masyarakat. Semenjak ada kata baper kata maaf kini tak sering terucap. Kesalahan seseorang kini menjadi “baper ah lu” bukan “maaf ya”. Kata yang sangat sederhana, tapi dapat membuat persepsi seseorang menjadi berbeda. Perasaan tidak dihargai menjadi salah satu efek nya. Yang berawal hanya dari sekali tetapi karena hampir sudah menjadi sebuah kebiasaan masalh itu tertumpuk, tidak terselesaikan, semacam bom waktu yang siap meledak kapanpun. Semakin lama semakin terpikirkan terbawa oleh lingkungan sosial yang tidak lagi membuatnya nyaman, lalu muncul gejala-gejala yang tidak diinginkan yang akan membuat menjadi sempurnanya gangguan mood.

Secara umum ada beberapa penyebab dari gangguan mood, yaitu, faktor genetik, faktor kimia otak dan stress. Poin terakhir yang sering dialami tanpa sadar ternyata adalah salah satu penyebab dari gangguan mood tersebut. Stress yang berasal dari kehilangan orang yang dicintai, hubungan yang bermasalah, dimarginalkan seseorang dari suatu tempat atau kelompok, dan lain sebagainya. Lalu bagaimana jika hanya beberapa kriteria yang menjadikan seseorang menjadi murung dengan waktu jangka pendek?

Perasaan bersalah, mengurung diri di kamar, tidak nafsu makan, tidur terlalu lama, merasa kesepian dengan adanya problem hubungan yang bermasalah dengan lingkungan sekitarnya, hanya dalam waktu semalam dan keesokan harinya kembali normal, apakah dikatakan mengidap gangguan mood? Saya rasa tidak. Kekhawatiran yang menganggap diri ini masuk ke dalam kategori depresi, hingga berpikir kapan akan menemui ahli nya. Sehingga, berawal dari sebuah problem yang membuat stres lalu memunculkan gejala-gejala yang mirip dengan yang telah disebutkan diatas. Hanya saja hal ini berjangka waktu pendek sehingga bukan termasuk gangguan mood.

Untuk menyelesaikan kesalahpahaman persepsi tersebut maka ada baiknya mencegah lebih dulu daripada mengobati. Untuk menghindari stres yang dapat menjadi depresi itu dengan melakukan pola hidup sehat, seperti olahraga teratur, makan makanan bergizi, istirahat atau tidur dengan cukup, serta bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.

Leave a comment