Ketika Batas Antara Magis dan Logis menjadi Biasa – Gangguan Kepribadian

Masih melekat dan kental “pemikiran magis” di negara dengan berbagai budaya ini, Indonesia. Terutama di pulau padat jiwa, polusi hingga keyakinan aneh yang menguasai pemikiran logis manusia hingga sekarang, Jawa. Ternyata bukan hanya di negara tercinta ini, tiga perempat negara Amerika Serikat pun masih mempercayai “pemikiran magis” yang supranatural ini. Pemikiran magis hadir di sebagian besar budaya di seluruh dunia. Ini adalah proses alami, mungkin dengan dasar biologis yang mirip dengan pengkondisian klasik, yang dengannya kita bergantung pada kesamaan atau kedekatan temporal antara unsur-unsur.

Konsep pemikiran magis digunakan dalam psikologi dan antropologi untuk mengambarkan atribusi tidak logis dari kausalitas yang dibuat tanpa bukti empiris, terutama ketika orang itu percaya bahwa pikiran mereka dapat memiliki konsekuensi di dunia luar, baik oleh tindakan mereka sendiri atau oleh intermediasi kekuatan supranatural. Pemikiran magis merupakan sesuatu yang tidak dapat membantu penyelesaian masalah.

Faktor utama yang menyebabkan seseorang berpemikiran magis adalah kegagalan utnuk membentuk rangkaian sebab-akibat yang munasabah dengan faktor pendorongnya yaitu mental illness, serta didukung oleh perilaku menyimpangnya seperti penglibatan diri ke dalam kegiatan perjudian.

Hidup di zaman digital yang kian hari semakin canggih, ironisnya masih banyak juga orang-orang yang masih percaya dengan hal-hal yang berbau mistis. Lalu bagaimana dengan individu yang bermasalah dengan pemikiran magis nya yang berlebihan, bisa di bilang “being of luber” maybe,terlalu percaya dengan takhayul atau sering berilusi tentang pengalaman supranturalnya hingga menggangu rasa kenyamanan nya pada situasi sosial?

Sebut saja dengan Mr. X, beliau adalah kepala keluarga dari sebuah keluarga yang mempunyai empat orang anak. Semasa kecilnya, beliau hidup di daerah yang masih kental dengan budaya pemikiran magisnya. Beranjak dewasa beliau melancong ke tanah kelahiran sang istri. Bak pengkodisian klasik yang sudah tertanam sejak kecil, kepercayaan akan hal-hal ghaib masih beliau bawa walau ia sudah tidak berada dalam lingkungannya. Berdiam diri di setiap malam tertentu dengan pemikirannya ia sedang berada dalam forum yang tidak terlihat bersama yang ia ajak berdialog. Percaya bahwa benda mati bisa membantu kehidupannya. Keris, batu-batuan, bunga, beberapa hidangan hingga membakar dupa menjadi kepercayaannya.

Karena kepecayaannya tersebut, ia percaya bahwa dirinya dapat berkomunikasi dengan dunia lain, dunia yang tidak dapat kita jangkau selain dirinya. Ia percaya bahwa dirinya dapat menyembuhkan penyakit medis tanpa bantuan medis tanpa resep herbal hanya dengan bermodal kepercayaannya. Ia percaya ia bisa melihat masa depan, jiwanya bisa berteloprtasi dari satu tempat ke tempat lain tidak dengan raganya. Dan tidak bisa dipungkiri pula masih ada orang percaya datang ke hadapannya untuk meminta bantuan. Walaupun beliau lebih suka menyendiri di lingkungan sosialnya, tetapi jika berhubungan dengan maksud hal yang berbau ekonomis dan ia mendapatkan keuntungan beliau mau mengurusinya. Pemikiran magisnya menguras logisnya hingga menurutnya hal itu biasa dan tidak ada yang salah, yang berarti hal yang dilakukan itu benar dan wajar.

 Lalu dengan sekian ciri-ciri yang telah dipaparkan, apakah beliau termasuk ke dalam gejala gangguan kepribadian kluster A,  gangguan Skizotipal?

Gangguan Skizotipal adalah gangguan kepribadian yang menyebabkan seseorang kesulitan untuk menjalin hubungan dekat dengan orang lain karena merasa sangat tidak nyaman untuk berinteraksi. Selain itu, seseorang dengan gangguan ini memiliki cara berpikir yang abnormal sehingga memiliki perilaku yang cenderung eksentrik. Penyebab dari gangguan ini yaitu hasil interaksi dari faktor keturunan, sosial, dan kejiwaan. Ganguan skizotipal kemugkinan berasal dari sifat yang diwariskan, namun peran sosial seperti pola asuh dan pergaulan sosial semenjak kecil, faktor tempramen serta bagaimana ia menyelesaikan masalah juga dapat berpengaruh terhadap perkembangan gangguan kepribadian. Sebagaimana yang dialami oleh Mr. X semasa kecilnya yang hidup dan tinggal di lingkungan yang masih kental dengan hal-hal magis.

Adapun gejala dari gangguan kepribadian skizotipal ini secara spesifik adalah 1) memilki kepercayaan kuat terhadap hal magis, gaib, klenik, meskipun bertentangan dengan norma; 2) sering berilusi tentang pengalaman supranatural, atau kejadian yang tidak biasa; 3) memilki ide yang tidak wajar; 4) memilki cara bicara dan peprkataan yang tidak jelas untuk dipahami orang lain; 5) sering menunjukkan emosi yang tidak wajar; 6) sangat merasa tidak nyaman pada situasi sosial; 7) terlalu paranoid akan hal tertentu; 8) memilki penampilan yang tidak biasa; 9) sangat sedikit meiliki teman dekat atau orang kepercayaan selain keluarga dekat; 10) mengalami kecemasan sosial dan rasa paranoid untuk berinteraksi dengan seseorang meskipun sudah lama kenal.

Dalam hal ini Mr. X mempunyai beberapa gejala yang disebutkan diatas, tetapi secara keseluruhan Mr. X kemungkinan tidak mengidap gangguan kepribadian skizotipal yang parah, tetapi hal ini hanya bisa dibuktikan dengan diagnosis yang dilakukan tenaga profesional kejiwaan. Adapun pengobatan skizotipal sendiri dilakukan dengan penanganan komprehensif seperti terapi kejiwaan dan konsumsi obat dibutuhkan untuk membentuk pola pikir dan perilaku baru serta meringankan gejala dari gangguan skizotipal. Namun kemungkinan hal tersebut perlu dilakukan pada waktu yang lama

Kepercayaan akan dunia ghaib memang harus ada, tetapi bukan berarti kita mencampurinya. Bahkan agama islam sendiri pun mengajarinya, rukun iman yang ada itu membuktikan bahwa kita sebagai umat islam percaya akan adanya dunia lain selain dunia kita. Tapi bukan untuk percaya bahwa kita juga memilki kekuatan yang sama dengan dunia lain. Karena kita ya kita yang berada di dunia kita dengan yang menciptakan kita, dunia lain pun dengan dunia nya.

Apa Aku Termasuk _ Gangguan Mood

Rasa, perasaan tidak terlepas dari setiap diri seseorang. Tidak dipungkiri, masa remaja akhir atau memasuki masa dewasa ataupun pendewasan ini selalu dihadirkan dengan banyaknya problem-problem kehidupan. Seperti sayur kurang garam, bak ujian tanpa jawaban, jika tidak adanya problem ini. Dari yang paling booming di masanya yaitu kisah percintaan, berlanjut ke masa pendidikannya, lalu keluarga, setelahnya lingkungan sosial. Tidak mengenal laki-laki maupun perempuan, perasaan atau yang sering disebut dengan Mood ini pasti adanya di setiap jiwa seseorang. Ke-identikannya masih kental dengan sifat perempuan, mahluk astral yang rata-rata lebih tinggi soal perasaan daripada logikanya. Mengapa?

Perasaan (simtom-simtom) + problema = gangguan perasaan. Begitu menurut saya singkatnya menjelaskan apa itu gangguan mood. Namun, secara umum gangguan mood adalah yang mencakup berbagai gangguan emosi yang membuat seseorang tidak berfungsi – mulai dari kesedihan pada depresi dan hingga euforia yang tidak realistis iritabilitas pada mania.  Adapun kriteria dari depresi dalam DSM-IV-TR yaitu (1) mood sedih dan tertekan, hampir setiap hari selama dua minggu atau kehilangan minat dan kesenangan dalam aktivitas yang biasa dilakukan, ditambah sekurang-kurangnya empat gejala. (2) sulit tidur (insomnia). (3) perubahan kadar aktivitas, menjadi lemas (retradasi psikomotorik) atau terlalu bersemangat. (4) nafsu makan sangat berkurang dan berat badan turun atau sebaliknya. (5) kehilangan energi (fatik). (5) konsep diri negatif, menuding dan menyalahkan diri sendiri, merasa tidak berarti dan bersalah. (6) mengeluh sulit berkonsenstrasi atau terlihat sulit berkonsentrasi. Dan (7) pikiran tentang kematian atau bunuh diri yang terus menerus timbul.

 Perubahan dari masa ke masa membuat tata bahasa di Indonesia semakin beragam. Kata serapan seolah menjadi kata baku yang beredar di telinga dan ucapan masyarakat. Semenjak ada kata baper kata maaf kini tak sering terucap. Kesalahan seseorang kini menjadi “baper ah lu” bukan “maaf ya”. Kata yang sangat sederhana, tapi dapat membuat persepsi seseorang menjadi berbeda. Perasaan tidak dihargai menjadi salah satu efek nya. Yang berawal hanya dari sekali tetapi karena hampir sudah menjadi sebuah kebiasaan masalh itu tertumpuk, tidak terselesaikan, semacam bom waktu yang siap meledak kapanpun. Semakin lama semakin terpikirkan terbawa oleh lingkungan sosial yang tidak lagi membuatnya nyaman, lalu muncul gejala-gejala yang tidak diinginkan yang akan membuat menjadi sempurnanya gangguan mood.

Secara umum ada beberapa penyebab dari gangguan mood, yaitu, faktor genetik, faktor kimia otak dan stress. Poin terakhir yang sering dialami tanpa sadar ternyata adalah salah satu penyebab dari gangguan mood tersebut. Stress yang berasal dari kehilangan orang yang dicintai, hubungan yang bermasalah, dimarginalkan seseorang dari suatu tempat atau kelompok, dan lain sebagainya. Lalu bagaimana jika hanya beberapa kriteria yang menjadikan seseorang menjadi murung dengan waktu jangka pendek?

Perasaan bersalah, mengurung diri di kamar, tidak nafsu makan, tidur terlalu lama, merasa kesepian dengan adanya problem hubungan yang bermasalah dengan lingkungan sekitarnya, hanya dalam waktu semalam dan keesokan harinya kembali normal, apakah dikatakan mengidap gangguan mood? Saya rasa tidak. Kekhawatiran yang menganggap diri ini masuk ke dalam kategori depresi, hingga berpikir kapan akan menemui ahli nya. Sehingga, berawal dari sebuah problem yang membuat stres lalu memunculkan gejala-gejala yang mirip dengan yang telah disebutkan diatas. Hanya saja hal ini berjangka waktu pendek sehingga bukan termasuk gangguan mood.

Untuk menyelesaikan kesalahpahaman persepsi tersebut maka ada baiknya mencegah lebih dulu daripada mengobati. Untuk menghindari stres yang dapat menjadi depresi itu dengan melakukan pola hidup sehat, seperti olahraga teratur, makan makanan bergizi, istirahat atau tidur dengan cukup, serta bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.

Disleksia : Ini Aku Bukan Mereka – Psikologi Abnormal

“Anak” apa yang terngiang ketika di sebutkan kata tersebut? Buah hati yang sangat dicintai oleh orang tua nya. Terlebih ia sudah di nantikan dalam fase yang lama. Lucu, menggemaskan, yang timbul dari wajah polos dan perilakunya membuat kita tersenyum hingga tertawa dari apa yang ia lakukan. Sebagaimana yang tertera di dalam Al-Qur’an Surah Al Kahf ayat 46, yang artinya “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia”. Dari penggalan ayat tersebut membuktikan bahwa anak adalah harta yang dimilki orang tua. Apapun yang terjadi pada anak, orang tua akan mengerahkan segalanya.

“Jadi anak pintar ya nak”, “kamu harus belajar dengan giat ya, jangan buat mama malu”. Beberapa kalimat tersebut terngiang untuk beberapa anak sebagai sebuah tekanan. Walaupun untuk orang tua tidak menjadi sebuah masalah untuk merogoh kocek yang menjadikan dompetmya menjadi tipis. Memilih sekolah yang favorit, terbaik, hingga sampai anak diterima dengan seleksi yang mudah. Biasanya hal ini lebih di prioritaskan pada penyeleksian kemampuan membaca, menulis dan berhitung (calistung) pada anak, daripada yang belum mempunyai kemampuan tersebut. Padahal di Indonesia telah di tetapkan peraturan pemerintah No 17 tahun 2010 tentang pengelolaaan dan penyelenggaraan pendidikan  disebutkan dalam pasal 67 ayat 5 bahwa penerimaan siswa baru SD kelas 1 atau yang sederajat tidak didasarkan pada hasil tes kemampuan calistung atau bentuk lisan lain.

Tapi mengapa buku pelajaran SD baik kurikulum lama (2006) dan kurikulum baru (2013) masih sarat dengan bacaan dibandingkan dengan gambarnya? Bagaimana mungkin tidak diperbolehkan untuk calistung tetapi dipaksa dengan saran yang ada (buku)?. Dalam teori psikologi perkembangan kognitif dari Jean Piaget, Anak usia 2 sampai 7 tahun masuk ke tahap Pra-Operasional. Pada tahap ini anak sudah mengenal simbol, penggunaan bahasa sudah lebih cepat berkembang. Maka dari sini dapat disimpulkan seharusnya untuk anak SD di Indonesia harus memilki waktu untuk berkreativitas untuk mengembangkan skillnya lebih banyak daripada calistung.

Maka tertanam akan suatu petuah bahwa anak yang kesulitan dalam calistung maka ia kerap dianggap malas dan bodoh oleh teman-temannya. John Lennon yang merupakan penyanyi dan penulis lagu legendaris yang hingga saat ini menjadi inspirasi bagi musisi seluruh dunia. Pendiri dan pentolan The Beatles ini juga membawa pengaruh pada banyak generasi pecinta musik dan perdamain. Tapi siapa sangka bahwa ia sulit mengingat lirik yang sangat dicintainya. Saat di sekolah secara keseluruhan ia memilki nilai yang rendah karena kesulitan dalam mengeja, bahkan ia dicap sebagai pembuat onar karena mengalami kesulitan berkonsentrasu dan beralih untuk menulis musik. Ternyata ia menderita disleksia, suatu gangguan proses belajar, di mana seseorang mengalami kesulitan, membaca, menulis, atau mengeja. Menurut asosiasi disleksia Indonesia, 10 hingga 15 persen anak sekolah di seluruh dunia menyandang disleksia. Dari 50 juta anak sekolah di Indonesia, 5 juta diantaranya mengidap gangguan itu.

Dikutip dari suatu film Bollywood yang pernah saya tonton, film itu berjudul “Taare Zameen Par” atau “Like Stars On Earth” yang dibintangi oleh Aamir Khan sebagai guru seni di sebuah sekolah dasar. Ishaan seorang anak yang berumur sekitar 8 tahun duduk di sekolah dasar, ia mempunyai kakak yang berbeda dengannya. Kakaknya yang selalu mendapat juara kelas, sedangkan ishaan yang suka asik dengan dunianya sendiri membuat ayahnya suka memarahinya. Ishan tidak mempunyai teman di sekolahnya. Ia menyukai binatang, karena itu setiap ia ditanyakan soal matematika atau disuruh membca oleh gurunya ia akan berkhayal seolah olah semua huruf dan angka tersebut berterbangan dan akan membentuk binatang yang saling berinteraksi.

Setiap pulang sekolah ia suka menyendiri di kamarnya untuk melakukan kegiatan yang ia suka yaitu melukis. Ia menyukai kegiatan melukis, hingga ia menyukai mata pelajaran seni yang menurut teman-temannya guru seni itu membosankan hingga suatu hari guru itu digantikan oleh guru yang lebih menyenangkan (Aamir Khan), namun hal itu tidak untuk Ishaan, ia tertunduk diam diantara teman-temannya yang bersorak-sorai. Dari situ Aamir Khan mencari tau apa penyebab Ishaan menjadi anak yang berbeda dari teman-temannya.

Aamir Khan menemukan keanehan pada tulisan Ishaan, yang besar tidak rapi ada tulisan yang tidak lengkap kalimatnya jadi susunannya berantakan, ada huruf dan angka yang terbalik penulisannya. Akhirnya Aamir Khan memutuskan untuk pergi ke rumah Ishaan, di dalam kamar Ishaan dia menemukan lukisan yang sangat bagus dan terstruktur untuk anak seuisia dia. Dari itu Aamir Khan menjelaskan pada orang tuanya bahwa Ishaan menderita disleksia. Ternyata dari tokoh yang diperankan oleh Aamir khan, adik dari tokoh ini juga pernah menderita hal yang serupa dan itu membuat nya tergugah untuk membantu Ishaan sebagai gurunya.

Dari kutipan cerita ini, secara spesifik apa sebenarnya yang dimaksud dengan disleksia itu?

Disleksia berasal dari bahasa Yunani yaitu dys-“kesulitan untuk” dan lexis-“huruf” atau “leksikal”. Jadi sebuah kondisi ketidakmampuan belajar pada seseorang yang disebabkan oleh kesulitan pada orang tersebut dalam melakukan aktivitas membaca dan menulis. Kejadian ini bisa dideteksi jika anak memasuki bangku sekilah. Disleksia disebabkan gangguan di dalam sesten saraf pusat otak (gangguan neurobiologis) yang dapat menimbulkanganggun perkembangan seperti gangguan perkembangan bicara, membaca, menulis, pemahaman dan berhitung.

Adapun ciri-ciri yang dapat diketahui saat usia sekolah dasar adalah 1) kesulitan dalam mengurutkan huruf-huruf dalam kata; 2) kesulitan merangkai huruf-huruf dan kadang ada huruf yang hilang; 3) sulit membedakan huruf, anak bingung menghadapi huruf yang mempunyai kemiripan bentuk seperti b-d, u-n, m-n, t-p, s-r; 4) sulit mengeja kata atau suku kata dengan benar; 5) sering terbalik dalam menuliskan atau mengucapkan kata. Misalnya ‘oke’ menjadi ‘eko’. Dan 6) terdapat jarak pada huruf-huruf dalam rangkaian kata. Tulisannya tidak stabil, kadang naik, kadang turun, tulisan besar, kecil dan tidak rapi.

Lalu bagaimana melatih anak yang menderita disleksia? Anak yang menderita disleksia membutuhkan kasih sayang yang khusus dan lebih dari orang tuanya. Orang tua harus lebih peka apa yang dialami anaknya. Anak yang menderita disleksia ini tidak dapat diberi tekanan dan dibandingkan oleh orang lain. Ia harus diajarkan pembelajaran dengan penuh kesabaran. Seperti yang dilakukan tokoh yang diperankan oleh Aamir Khan di film “Like Stars On Earth”. Ia menyajikan pembelajaran dengan pola permainan. Ia melukiskan huruf maupun angka melalui lukisan, yaitu kegiatan yang disukai oleh Ishaan.

Setiap anak mempunyai kecerdasan dan bakat yang berbeda-beda. tidak ada yang salah dari sebuah proses perkembangannya, hanya saja kita yang berada disekiling nya kurang peka akan kemampuan dan skillnya. Menjadi peka untuk membantu dalam membangun apa yang dibutuhkan masa depan seseorang akan menjadi hal yang tidak terlupakan. Mari lebih peka dalam menemukan bakat dalam perbedaan aku, kamu dan mereka.